Senin, 22 April 2013

PTK DI SD



UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN  PADA SISWA KELAS VI  SDN CIPINANG BESAR SELATAN 20 PAGI SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh:
EKA HERMIATI, S.Pd
NIP.  196210141985032006




BAB I
PENDAHULUAN


A.         Latar Belakang

Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mempelajari tentang tata bahasa yang dikaji dari segi kebahasaan sebagai alat komunikasi manusia yang digunakan sehari-hari oleh bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi mempunyai ranah penting sebagai penyampaian ide, gagasan dan pesan oleh penguna bahasa. Dalam berbahasa perlu memperhatikan keterampilan reseptif yang terdiri dari empat aspek yaitu, mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Dari ke empat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan, karena mempunyai keterkaitan yang kuat untuk pembetukan bahasa terutama dalam bahasa indonesia. Untuk mengasah bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, mata pelajaran bahasa Indonesia harus diperkenalkan sejak dini.
Pelajaran Bahasa Indonesia bagi bermasyarakat sangat penting yang mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Baik dari kajian bahasa Indonesia mempunyai makna, bahwa bahasa dapat dikatakan baik apabila struktur bahasa sudah sesuai dengan sematik bahasa. Bahasa dikata benar apabila bahasa Indonesia digunakan sesuai kondisi dalam lingkupnya. Dari kata baik dan benar mempunyai keselarasan yang mengacu pada penepatan Bahasa Indonesia dalam pengunaanya. Disini bahsa Indonesia mempunyai dua kedudukan yakni bahasa baku dan bahasa tidak baku. Bahasa baku yaitu bahasa yang digunakan secara resmi kenegaraan atau kedinasan, sedangkan bahasa tidak baku bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari dalam bermasyarakat, namun tidak merusak tata bahasa Indonesia yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bahasa Indonesia sebagai identitas nasional sekaligus cagar budaya bagi masyarakat Indonesia.
Dengan budaya sastra baik dari peran drama maupun musikal, kini bahasa Indonesia lebih bervariasi. Dalam bahasa Indonesia yang dipelajari oleh siswa lebih mengacu pada peran drama. Untuk mengenal peran drama maka siswa lebih tahu terlebih dahulu apa yang dimasud dengan peran drama itu. Drama pada pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Cerita terutama melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater.  Peran drama dalam bahasa Indonesia sudah dikenalkan sejak anak di banggku Sekolah Dasar. Hal ini, untuk mempertajam jiwa seni peran dalam diri anak, karena untuk menguasi ekpresikan dalam peran tidak mudah perlu penghayatan yang kuat. Dalam Sekolah dasar  bermain peran tidak dapat dilakukan oleh kelas rendah, karena penalaran pada siswa kelas rendah belum maksimal. Bermain peran cukup dilakukan oleh siswa kelas tinggi yang mempunyai penalaran dalam pengekspresian, maka peneliti melakukan pada siswa kelas VI. Selain itu,  peneliti medasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar pada silabus yakni “memahami teks dengan membaca intenssif dan membaca teks drama” dan pada kompetensi dasar yaitu “mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita, dan amanat) dari teks drama anak. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode bermain peran. Dengan menggunakan metode bermain peran siswa dapat melihat langsung alur cerita dalam penokohan yang diperankan oleh teman sebaya. Selain itu, siswa dengan mudah menetukan tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita dan amanat.
Bermain peran siswa  mampu mengekspresikan diri secara langsung dan terlibat dalam drama yang dimainkan. Pada umumnya pelajaran Bahasa Indonesia jika metode yang digunakan metode ceramah siswa sudah merasa bosen dan jenuh, karena Bahasa Indonesia sendiri sudah terlalu dipenuhi dengan teks. Metode yang digunakan dalam Bahasa Indonesia ada lagi menggunakan metode teks books, metode ini meranah pada buku  yang menjadi referiensinya. Dengan Metode ini, siswa hanya mendengarkan drama yang dibaca oleh temannya atau guru, sehinnga siswa tidak maksimal untuk memperhatikan. Berbeda  metode yang digunakan peneliti. Metode yang digunakan peneliti menggunakan bermain peran, dimana siswa langsung terlibat dalam peran drama yang dimainkan. Siswa lain melihat secara langsung alur cerita yang dimainkan oleh temannya, sehinga siswa lebih mudah untuk memahami isi drama tersebut. Dengan mengunakan metode ini peneliti banyak yang berhasil. Pengamatan pengambilan nilai dapat diambil ulangan harian dari Praktikum siswa yang sedang  bermain peran. Kriteria pengambilan nilai adalah lafal intonasi pada teks drama yang dibaca, ekspresi dalam peran, alaur cerita dan makna yang terkandung dari drama yang dibuat siswa. Dengan menggunakan metode bermain peran dan kriteria tersebut, dari 30 siswa sudah mencapai KKM yang ditentukan oleh sekolah. Siswa mengalami peningkatan sebesar 85% dari 30 siswa, 10% tidak ada peningkatan, dan 5% persen terjadi penurunan. Oleh karena itu, peneliti akan memaksimalkan pelajaran Bahasa Indonesia pada siklus selanjutnya sampai mencapai 100%, maka peneliti dapat dikatan berhasil, oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Melalui Metode Bermain Peran  Pada Siswa Kelas VI  SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.

A.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian-uarain latar belakang masalah diatas dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut : “apakah metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi  semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”?


B.       TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia  pada siswa kelas VI SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”?

C.       MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lain yang terkait dengan peneliti, diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan masalah Dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa langkah-langkah perbaikan strategi pembelajaran. Melaui pembelajaran ini peneliti akan mengungkapan bagaimana metode bermain peran dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas VI SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi  semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
a.       Dapat mendorong para guru dalam memberikan materi pelajaran dengan memperhatikan kemampuan siswa sebelumnya.
b.      Dapat memberikan alternatif kepada guru dalam penggunaan metode bermain peran sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
c.       Dapat memberikan wawasan kepada guru dalam menyiapkan diri mengajar Bahasa Indonesia untuk  pengembangan siswa dalam bermain peran yang aktif, kreatif dan Inovatif.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.          Tinjauan Pustaka
1.      Tinjauan Tentang Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

a.        Pengertian Meningkatan Hasil Belajar
Meningkatkan belajar menjadi tujuan utama dalam proses kegiatan belajar mengajar, ini merupakan tugas pokok fungsi seorang guru. Pembelajaran disekolah tidak hanya bercermah saja, tetapi bagaimana didalam proses belajar siswa nyaman senang terhadap materi yang disampaikan oleh gurunya. Jika guru sudah merubah suasana kegiatan belajar dari tidak bisa menjadi bisa berarti guru sudah  meningkatkan hasil belajar dengan metode yang diterapkan selama belajar. Belajar tidak hanya memberikan pengaruh yang kuat kepada siswa supaya mau melakukan yang diperintahnya, namaun bagaimana perubahan-perubahan pada siswa itu sediri secara akdemik dan prilakunya selama mengikuti proses belajar..
Menurut Djamarah (1997: 11) belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Sejalan dengan pendapat di atas, Slameto (1995: 2) mengartikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoteh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Sumadi Suryabrata (1981: 2) belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar aktual maupun potensial. Perubahan itu pada hakekatnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha dari prose perkembangan yang dialami yang berlangsung terus menerus.
Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-langkah (manners or operation) khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai tujuan tertentu. (Rober ,1988, dalam Muhibin,1995). Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktifitas yang berproses menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu.
Belajar adalah suatu proses perkembangan, reorganiaasi pengalaman yang berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan anak yang berlangsung terus menerus. Dalam hal ini belajar akan berkelanjutan terus tidak ada berhentinya. Belajar memberikan pengaruh yang kuat dan menjadikan siswa mengerti maksud dan tujuan dari belajar. Kemampuan siswa dalam belajar mengalami keragaman disini guru harus bisa memilah dan meratakan keragaman tersebut yang semua mengacu pada kemampuan.
Belajar jika dilihat dari beberapa pengertian di atas kebanyakan melibatkan aspek pengetahuan atau kognitif dari pada tingkah lakunya. Tetapi jika dilihat dari orang yang sedang belajar, terlihatlah itu merupakan integritas perbuatan fisik dan psikisnya. Selain itu juga dipengaruhi faktor lain yang lebih kompleks yaitu lingkungan.
Belajar dapat diartikan sebagai proses mental yang terjadi dalam diri seseorang dan melibatkan kegiatan berpikir yang terjadi melalui interaksi aktif dengan lingkungan (pengalaman belajar), sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang positif. Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi. Proses konstruksi itu ditakukan secara pribadi dan sosial. Proses ini adalah proses yang aktif. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah dipunyai, kemampuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Kelompok belajar dianggap sangat, membantu belajar karena mengandung beberapa unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Belajar juga dapat diartikan adanya perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan perubahan itu didapatkan dengan latihan yang disengaja. 
Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Pendidikan merupakan bentuk interasi antara guru dengan siswa. Keduanya aktif untuk memecahkan masalah mata pelajaran yang dihadapi. Menemukan ilmu dari pengembangan yang disampaikan oleh gurunya. keinteraksian guru membuka dan mengeksplorasi siswa supaya menjadi penemu dalam pola pikirnya. Siswa yang berkembang dalam penemuanya menjadi tolak ukur kemampuan siswa dalam berpikir, maka disini siswa lebih aktif, kreatif dan inovatif. Siswa yang pasif sulit untuk menerima materi yang disampaikan oleh guru disaat belajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh inidividu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan mahasiswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (1995: 48) hasil belajar adalah “Perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang”. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005: 3) “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.
perubahan prilaku pada diri tidak begitu saja, melainkan adanya proses yang mendorong untuk merubahnya baik dari dalam maupun dari luar. Secara kebersamaan dari pengembangan materi yang diberikan. Dari materi yang dapat maka mendapat kemampuan yang mendasari diri siswa yakni kemampuan kognitif yang dinilai dari akademik didapat, afektif kekmapuan keefektifan siswa dalam menyerap berbagai pelajaran yang disampaikan guru, dan psikomotor kemamupan tindakan yang mencerminkan  prilaku yang berakhlak dari hasil belajarnya.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Hasil belajar merupan proses setelah siswa mendapat ilmu yang ditransfer oleh guru dan ada juga dari pengalaman yang didapatnya. Dari keterampilan dan kebiasaan siswa memberikan kemapuan yang sanggup memberikan perubahan yang signifikan menjadikan siswa terbiasa untuk trampil dalam menghadapi berbagai permasalahan yang menjadikan penemuan. Pengetahuan dan pengaruahan mengacu pada aspek ilmu yang menarahkan pada pola pikir dan sikap siswa. Hal ini, bagi siswa diperlukan penalaran yang kuat didalam perubahan.
a.               Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh  kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
Belajar  adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif
Dari Pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa Meningkatan Hasil Belajar adalah perbuatan-perbuatan yang menghasilkan “perubahan” yang menuju ke sesuatu yang lebih maju lagi, dan perubahan-perubahan itu didapat atas dasar latihan-latihan yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswaa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya dari perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik. 
b.        Pengertian Belajar Bahasa Indonesia 
Bahasa adalah alat komunikasi masyarakat berupa lambang bunyi suara  dihasilkan artikulasi manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Seluruh lapisan masyarakat menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Berkomunikasi merupakan  proses pembelajaran membutuhkan keterampilan berbahasa yakni,  keterampilan yang menekankan pada keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Ada empat keterampilan berbahasa harus dikuasai siswa dalam belajar bahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut saling keterkaitan yang kuat maka dan membentuk suatu bahasa yang uviversal.
Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan manusia unggul dari makhluk-makhluk lain di muka bumi. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang terintegrasi, mencakup bahasa ujaran, membaca dan menulia” (Lerner, 1988: 311).
Menurut Owens (1988: 379) “Bahasa merupakan kode atau sistem konvensional yang disepakati secara sosial untuk menyajikan berbagai pengertian melalui penggunaan simbol-simbol sembarang dan tersusun berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Bahasa memiliki cakupan yang luas (bahasa isyarat, kode morse, bahasa ujaran, bahasa tulis).”
Ekspresi Bahasa memiliki enam komponen, yaitu (1) fonem, (2) morfem, (3) sintaksis, (4) sematik, (5) prosodi, (6) pragmatik. Fonem merupakan satuan terkecil dari bunyi ujaran yang dapat membedakan arti (Gorys Keraf, 1991: 30)
fonem merupakan sebuah huruf sebagai simbol untuk pembentukan kata yang memiliki makkna, morfem ialah imbuhan yang memposisikan baik imbuhan depan, tengah, atau belakan untuk melengkapi makna, sistaksis merupakan kumpulan dari fonem atau imbuhan yang memiliki struktur satuan utuh, dalam hal ini sintaksi sudah terbentuk kalimat yang memilik makna dan fungsi. Semantik seabgai pemahaman makna baik tersurat atau tersirat didalam kosa kata tersebut, sedangkan prakmatik mempelajari makna tuturan secara lisan yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pengguna bahasa.
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer
Bahasa dalam kehidupan manusia sangat penting, karena bahasa sebaugai alat komunikasi untuk menyapaikan gagasan dan idenya yang berupa sebuah simbol dalam tulisan. Dengan simbolnya menjurus pada sebuah bunyian yang bermakna supaya dapat dipahami oleh pendengarnya.
Menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).
Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Bahasa tidak hanya berupa bentuk simbol, bahasa yang digunakan sekian banyak manusia merupakan  lambang atau simbol yang terstruktur dan sistematis, sehingga dapat dipelajari.
Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. Bahasa sebagai identitas negara yang mempunyai pengaruh besar dalam suatu bangsanya.
Bahasa Indonesia sebagai sarana pergau'lan seluruh rakyat Indonesia dan sebagai bahasa resmi memupuk rasa persatuan pada suku-suku bangsa di Indonesia, karena mereka merasa satu bangsa dengan satu bahasa, sehingga Bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan.
Dalam undang-undang tentang pendidikan dan pengajaran No. 12 tahun 1951 Bab W tentang Bahasa pengantar tercantum sebagai berikut :
1.            Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan adalah bahasa pengantar di sekolah-sekolah di seluruh Republik Indonesia.
2.               Di Taman Kanak-kanak dan di tiga kelas yang terendah di sekolah   dasar, bahasa daerah boleh dipergunakan sebagai bahasa pengantar.
Di dalam kelas bahasa daerah boleh dipergunakan sebagai bahasa pengantar, supaya pendidikan bagi kanak-kanak yang masih kecil itu mendapat hasil yang sebaik-baiknya. Sedangkan di daerah-daerah yang bahasanya tidak seberapa jauh bedanya dengan Bahasa Indonesia, misalnya daerah Minang dan Jakarta maka Bahasa Indonesia dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar mulai dari kelas yang terendah. Bahasa daerah dipergunakan sebagai bahasa pengantar di kelas I, II, dan III sekolah dasar maka Bahasa Indonesia diajarkan sebagai mata pelajaran yang diharuskan, sehingga pemakaian Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar mulai kelas IV sudah tidak menemui kesulitan lagi.

2.             Tinjauan Tentang Metode Bermain Peran
a.      Pengertian Metode
pembelajaran susatu kegiatan yang dilakukan terus menerus secara berkelanjutan. Melalui bergai proses yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pencapain tersebut tidak datang dengan sedirinya berbagai tahapan didalam pelaksaannya. Supaya tujuan tercapai maka diperlukan metode yang tepat misalnya dalam pebelajaran. Metode mengarahkan suatu pencapaian bila sudah mengalami kebehasilan yang meluas dan dapat diakui oleh orang banyak, terutama pada peneliti.
Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1999:767) Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Berpikir bagaiman metode tersebut mampu mencapai tujuan dan merubah prilaku baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan tersebut menandai keberhasilan metode yang diterapkan oleh peneliti. Menjadikan penikatan yang secara maksimal didalam melakukan penelitian.
Menurut Sutomo (1993: 155) Metode adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar semakin berhasillah pencapai tujuan. Artinya apabila guru dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan bahan pengajaran, murid, situasi kondisi, media pengajaran maka semakin berhasillah tujuan pengajaran yang ingin dicapai. Tujuan pengajaran mempunyai rancangan sendiri, sehingga guru dapat menentukan mentode yang tepat untuk siswanya. Metode yang digunakan oleh guru mengambil kelemahan-kelamahan selama dalam proses belajar. Kelamahan tersebut misalnya terdapat dimata pelajaran Bahasa Indonesia, disini lah penentuan metodenya.
Menurut Nana Sudjana(dalam buku Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, 1989:78 – 86), terdapat bermacam-macam metode dalam mengajar, yaitu Metode ceramah, Metode Tanya Jawab, Metode Diskusi, Metode Resitasi, Metode Kerja Kelompok, Metode Demonstrasi dan Eksperimen, Metode sosiodrama (role-playing), Metode problem solving, Metode sistem regu (team teaching), Metode latihan (drill), Metode karyawisata (Field-trip), Metode survai masyarakat, dan Metode simulasi. Untuk lebih jelasnya, penulis uraikan sebagai berikut:
a.      Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini tidak senantiasa jelek bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya. Metode ini seringkali digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran apabila menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak, namun perlu diperhatikan juga bahwa metode ini akan berhasil baik apabila didukung oleh metode-metode yang lain, misalnya metode tanya jawab, latihan dan lain-lain. Guru harus benar-benar siap dalam hal ini, karena jika disampaikan hanya ceramah saja dari awal pelajaran sampai selesai, siswa akan bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pelajaran, bahkan bisa-bisa siswa tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya.

b.     Metode Tanya Jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat ywo way traffic, sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.\

c.       Metode Diskusi adalah tukar menukar informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Oleh karena itu diskusi bukanlah debat, karena debat adalah perang mulut orang beradu argumentasi, beradu paham dan kemampuan persuasi untuk memenangkan pahamnya sendiri. Dalam diskusi tiap orang diharapkan memberikan sumbangan sehingga seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama.
d.         Metode Resitasi, tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dapat dilaksanakan di rumah, di perpustakaan, di sekolah atau di tempat lainnya. Tugas merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individu maupun secara kelompok.
e.         Metode kerja kelompok adalah siswa dalam satu kelas dipandang dalam satu kesatuan (kelompok) sendiri atau pun dibagi atas kelompok-kelompok kecil (sub-sub kelompok).
f.          Metode demonstrasi dan eksperimen adalah metode mengajar yang sangat efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta yang benar. Demonstrasi yang dimaksud ialah suatu metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu.
g.         Metode sosiodrama (role-playing), sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dan hubungannya dengan masalah sosial.
h.         Metode problem solving, metode ini bukan sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan satu metode berfikir, sebab dalam solving dapat menggunakan metode lainnya dimulai dari menarik data sampai menarik kesimpulan.
i.         Metode sistem regu (team teaching), merupakan metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerjasama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. Sistem regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal saja, tetapi dapat melibatkan orang-orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan keahlian yang kita butuhkan.
j.        Metode latihan (drill), metode latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu keterangan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari.
k.         Metode karyawisata (Field-trip), karyawisata di sini berarti kunjungan di luar kelas. Jadi karyawisata di atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
l.        Metode survai masyarakat, pada dasarnya survai berarti cara memperoleh informasi atau keterangan dari sejumlah unit tertentu dengan jalan observasi dan komunikasi langsung. Banyak sekali jenis survai ini, seperti social survai, comunity survai, school survai dan lain-lain. Masalah yang dipelajari dalam survai ialah masalah-masalah dalam kehidupan sosial. Untuk mempelajari masalah-masalah sosial atau masalah yang terjadi pada masyarakat dapat digunakan observasi dan wawancara.
m.        Metode simulasi, simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulasition artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura. Dengan demikian, simulasi dalam metode mengajar dimaksud sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui proses tingkah laku imitasi atau bermain peran mengenai suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai metode yang tepat yang disesuaikan dengan bahan pengajaran, murid, situasi kondisi, dan  media pengajaran. Metode yang digunakan mampu meningkatkan kegiatan belajar siswa.
b.      Pengertian Metode Bermain Peran
Pengertian bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Bermain pada anak merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya.  Siswa dilatih untuk beriterksi dengan yang lain dalam bentuk pengekspresian diri sebagai tokoh yang diperankan.
Bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajar mengenal dan mengembangkan keterampilan sosial dan fisik, mengatasi situasi dalam kondisi sedang terjadi konflik. Secara umum bermain sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana riang gembira. Dengan bermain berkelompok anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimilikinya sehingga dapat membantu pembentukkan konsep diri yang positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.
 Menurut Santrock (1995: 272) menyatakan bermain peran (role play) ialah suatu kegiatan yang menyenangkan. Secara lebih lanjut bermain peran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan. Role playing merupakan suatu metode bimbingan dan konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga siswa dapat mengenali karakter tokoh seperti apa yang siswa peragakan tersebut atau yang menjadi lawan mainnya memiliki atau kebagian peran seperti apa. Santrock juga menyatakan bermain peran memungkinkan anak mengatasi frustrasi dan merupakan suatu medium bagi ahli terapi untuk menganalisis konflik-konflik anak dan cara-cara mereka mengatasinya.
Menurut Ginnot (1961; dalam Eka, 2008) menyatakan bermain peran diyakini sebagai sarana perkembangan potensi juga dapat dijadikan sebagai media terapi. Terapi bermain peran khususnya merupakan pendekatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sepagai ekspresi dalam bermain drama. Melalui manipulasi mainan, anak dapat menunjukkan bagaimana perasaan mengenai dirinya, orang-orang yang penting serta peristiwa dalam hidupnya secara lebih memadai daripada melalui kata-kata.
Menurut Van Fleet (2001) menyatakan bermain peran merupakan intervensi yang dikembangkan yang berkaitan dengan penggunaan sistematis dari metode bermain oleh siawa  untuk membawa peningkatan dalam kemampuan  sampai penampilan yang optimal di sekolah. Bermain peran juga meliputi penggunaan bermain secara sistematis untuk mengatasi kesulitan-kesulitan anak, mengembangkan pola perilaku adaptif, mengendalikan diri siswa yang agresifnya tinggi, meningkatkan kemampuan berempati, dapat mengelola emosi, dapat menjadi individu yang bertanggung jawab, memiliki interpersonal skill yang bagus dan dapat memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana.
Menurut Corsini (1996), (Tatiek, 1989) menyatakan bahwa bermain peran dapat digunakan sebagai alat untuk mendiagnosis dan mengerti seseorang dengan cara mengamati perilakunya waktu memerankan dengan spontan situasi-situasi atau kejadian yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Selain itu teknik bermain peran dapat digunakan sebagai media pengajaran melalui proses modeling anggota kelompok dapat belajar lebih efektif keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan interpersonal, dengan mengamati berbagai macam cara dalam memecahkan masalah.
Menurut Kenneth (Sumber Lead Sabda) menyatakan bahwa teknik bermain peran (role playing) merupakan teknik psikoterapi tahun 1930-an. Role playing yang dapat membawa perubahan perilaku yang tidak baik menjadi baik dan terarah.
Mengarahkan siswa lebih mengarahkan pada prilaku yang baik dari bermain peran yang ditampilkan oleh temannya. Dengan penampilan tersebut siswa dapat menggambarkan hal-hal yang harus menjadikan inprirasi dalam kehidupannya. Menyajikan kenyataan dalam kehidupan dalam bentuk  pengggambaran cerita berbentuk drama. Siswa tidak hanya menjadi pendengar namun langsung merasakan penokohan yang diperankan, sehingga siswa bisa menjawai dari tokoh terrsebut.
Menurut Mulyasa (2004; dalam Asriyanti 2011) menyatakan empat asumsi yang mendasari teknik bermain peran (role playing) dapat mengembangkan perilaku yang baik dan nilai-nilai sosial, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya.
Keempat asumsi tersebut sebagai antara lain:
1.      Bermain peran dilaksanakan berdasarkan pengalaman siswa dan isi dari pelaksanaan teknik ini yaitu pada situasi “disini pada saat ini”.
2.      Bermain peran memungkinkan siswa untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaannya untuk mengurangi beban emosional.
3.      Teknik bermain peran ini berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Dengan demikian, para siswa dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, siswa belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara lebih optimal lagi.
4.    Teknik bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai dan sistem keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, siswa dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
c.                   Tujuan Penggunaan Bermain Peran
Tujuan dari penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut :
a.       Untuk motivasi siswa,
b.      Untuk menarik minat dan perhatian siswa,
c.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan sosial anak,
d.      Menarik siswa untuk bertanya,
e.       Mengembangkan kemampuan komusikasi siswa,
f.       Melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata,
d.          Langkah-langkah dan persiapan bermain peran
Agar proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode bermain peran tidak mengalami kaku, maka perlu adanya langkah-langkah yang harus kita pahami terlebih dahulu ( Dahlan ; 1984) adalah sebagai berikut :
1.      Identifikasi masalah dengan cara memotivasi para peserta didik,
2.      Memilih tema,
3.      Menyusun skenario pembelajaran,
4.      Pemeranan,
5.      Tahapan diskusi dan evaluasi,
6.      Melakukan pemeranaan ulang,melakukan diskusi dan evaluasi,
7.      Membagi pengalaman dan menarik generalisasi.
Dapat disimpulkan bahwa dalam penggunaan teknik bermain peran (role playing), siswa sangat memegang peranan penting dalam menentukan masalah, topik untuk siswa dapat membawakan situasi role playing yang disesuaikan dari hasil need assessment siswa sehingga dapat disusun skenario bermain peran (role playing), setelah itu baru dapat mendiskusikan hasil, dan mengevaluasi seluruh pengalaman yang dirasakan oleh siswa setelah melakukan bermain peran (role playing). Siswa  harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga baik tokoh maupun penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Dalam memilih tokoh, konselor yang bijaksana akan memberikan pengarahan kepada siswa yang akan dipilih berdasarkan hasil need assessment yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam hal ini guru menjelaskan kepada siswa bahwa siswa harus bersedia dan mau menyadari dan membuang rasa tidak percaya diri yang ada di dalam dirinya untuk mau tampil di depan umum dan menyadari bahwa dia memiliki kemampuan untuk berperan, dalam permainan peran ini dilakukannya tidak perlu kaku melainkan harus santai dan dapat menghayati peran yang dia terima sehingga tidak salah dalam memeragakan/mendramatisasikan di depan umum dan juga dalam bermain peran ini sistemnya spontan dan tidak menghafal naskah sebelumnya, selain itu juga pemeran bebas memperagakan tokoh yang muncul dalam situasi tersebut.

B.            Kerangka Pemikiran
Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar penelitian mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut :


 







                     Keterangan:
Dengan adanya anak sulit untuk termotivasi dalam pelajaran Bahasa Indonesia , dikarenakan metode yang digunakan guru hanya cerah saja membuat siswa merasa jenuh. Seorang guru harus mampu merubah pola pkir anak yang diuraikan diatas.  Kebiasaan kebiasaan yang mendukung kemajuan belajar anak dalam pelajaran Bahas Indoneisa dengan melalui metode bermain peran. Disamping itu guru dalam mentranfer atau menyampikan bahan ajar harusnlah yang jelas mudah dimengerti oleh anak, sehingga tidak lagi malas dalam belajarnya.
Penggunaan media bermain peran digunakan dalam belajar Bahasa Indonesia untuk meningkatkan hasil belajar Bahas Indonesia. sebelum melakukan penelitian, peneliti mencari masalah dan kelemahan dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan awal sebelum menggunakan metode Beramain peran siswa sulit untuk tema drama dan makna karena dengan dibaca saja siswa tidak bisa atau kesulitan menentukan watak tokoh. Kedua guru memulai melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), disi guru sudah mengetahui peramasalah yang dihadapai oleh siswa. Melalui metode ini siswa sudah mengalami perubahan dalam belajar dan mengalami penikatan.
Ketiga guru sudah mengkondisikan dalam peningkatan dalam belajar. Siswa sudah mampu mengekspresikan diri dalam bermain peran, dan yang lainnya dapat melihat langsung pola kehidupan terdapat pada drama yang perankan temanya. Sehingga guru dan siswa mudah menilai dari cerita dan amanat dalam drama tersebut.

C.           Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesi penelitian tindakan kelas sebagai berikut : “Diduga melalui metode Metode Bermain Peran  Pada Siswa Kelas VI  SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013, mengalami penikatan”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.           Setting Penelitian
1.       Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 selama 3 bulan dimulai pada bulan Januari – Maret 2013.
                                                         2.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Cipinang Besar Selatan 20 Pagi. Kelas yang diteliti adalah kelas VI dengan jumlah siswa 29 orang. Subjek penelitian ini adalah guru kelas VI dengan objek penelitian pembelajaran Bahasa Indonesia  Menggunakan Metode Berimain Peran. Penelitian  dilaksanakan peneliti sebagai pengajar kelas VI di SDN Cipinang Besar Selatan 20 Pagi.

B.         Subyek Penelitian
Subyek penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas  pada siswa kelas VI SD Negeri Cipinang Besar Selatan 20 Pagi  tahun pelajaran 2012 / 2013 selama satu semester mulai bulan Januari-Maret dengan jumlah siswa 29.

C.          Faktor yang Diteliti
          Dalam rangka menjawab permasalahan sebagaimana telah diuraikan di atas ada beberapa faktor yang diteliti :
                                                    1.             Faktor Internal
Melihat kemampuan siswa kelas VI SD Negeri Cipinang Besar Selatan 20 Pagi dalam membaca dengan benar.
                                                   2.                Faktor Ekstristik
Faktor guru dilaksanakan dengan melihat cara guru dalam merencanakan pembelajaran serta bagaimana pelaksanaannya di dalam kelas. Permasalahan yang diteliti meliputi apakah sudah mencakup keseluruhan langkah pembelajaran yang dilaksanakan, apakah sudah mencakup pembelajaran latihan yang berjenjang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

D.               Sumber Data
         Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagi sumber data dan  jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :
                                                       1.           Informasi yang terdiri dari guru kelas VI SD Negeri Cipinang Besar Selatan 20 Pagi.
                                                       2.           Tempat dan peristiwa, diruang kelas dan proses pembelajaran Bahasa Indonesia
                                                       3.           Arsip, daftar nilai raport, ulangan harian, ulangan tengah semester dan  catatan pribadi siswa
                                                       4.           Tes hasil belajar


E.               Teknik Sampling
          Teknik sampling atau teknik penentuan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling yaitu keseluruhan populasi digunakan sebagai sampel adalah siswa kelas VI SD Negeri Cipinang Besar Selatan 20 Pagi yang berjumlah 29 siswa.

F.             Teknik Pengumpulan Data
         Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.                                  Observasi
Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi langsung dan parsipatif. Observasi langsung (direct observation) yaitu observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. (H Muhammad  Ali, 1993:72). Observasi dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri Cipinang Besar Selatan 20 Pagi bagaiman pemahaman siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 
2.          Pencatatan arsip dan dokumen
a.       Arsip
1)             Kurikulum KTSP tentang ruang lingkup materi, Standar Kompetensi, tujuan kompetensi dasar, hasil belajar, indikator dan materi pokok kelas VI.
2)             Silabus yaitu tentang alokasi waktu dan tema yang diajarkan
b.      Dokumen
Berupa nilai formatif untuk memperoleh data tentang hasil belajar atau prestasi belajar siswa sebelum dilakukan tindakan.
3.         Tes
Tes hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima bahan ajar dan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia bentuk metode pembelajaran Bermain Peran  setelah dilakukan tindakan

G.               Validasi Data
         Menurut Suharsimi Arikunto (1998:160) : “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau kurang sahih memiliki validitas rendah”.
         Dalam penelitian ini untuk menjamin kesahihan data dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah menggunakan trianggulasi data (sumber) yaitu menggumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Misalnya dibalik data yang berupa informasi, arsip dan peristiwa. Selain itu data base akan dikembangkan, disimpan agar sewaktu-waktu dapat ditelusuri kembali bila dikehendaki adanya verifikasi data.
         Berdasarkan prestasi siswa dalam kolaborasi dengan teman sejawat sebelum diadakan tindakan, prestasi belajar dalam pembelajaran Bahasa Jawa   rata-rata rendah. Setelah diadakan penelitian dan tindakan kelas yang menerapkan metode Bermain peran, ternyata mengalami peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VI SD Negeri Cipinang Besar Selatan 20 Pagi.
H.                 Analisis Data
         Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (Huberman, 1984 dalam HB Sutopo, 1996:186). Analisis data dalam penelitian ini adalah model analisi interaktif yang mempunyai tiga komponen yaitu : 1) sajian data, 2) reduksi data, dan 3) penarikan kesimpulan atau verifikasi data masih berlangsung.
         Untuk jelasnya proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema berikut
 :

















PENGUMPULAN DATA 
 






REDUKSI DATA
 










 

 

 

 

 

 


Sumber data : Heribertus Sutopo (1998 : 34 - 37) Gambar 1 Bagan Model Analisis Interaktif

Langkah-langkah analisis :
1.         Melakukan analisis awal bila data yang didapatkan di kelas sudah cukup maka dapat dikumpulkan.
2.         Mengembangkan bentuk sajian data, dengan menyusun koding dan matrik yang berguna untuk penelitian lanjutan.
3.         Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik antar kasus
4.         Melakukan verifikasi, pengayakan dan pendalaman data. Apabila dalam persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan data lagi secara lebih terfokus.
5.         Melakukan analisis antar kasus, dikembangkan struktur sajian datanya bagi susunan laporan.
6.         Merumuskan kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian
Merumuskan implikasi kebijaksanaan sebagai bagian dari pengembangan saran dalam akhir penelitian.

I.                Prosedur Penelitian Tiap Siklus
Sebelum mengadakan tindakan pada penelitian ini ,maka peneliti mengadakan observasi cara mengajar guru dalam kelas serta mencari data kemampuan awal membaca dari siswa.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus namun bila dari dari dua siklus yang direncanakan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan maka dapat dilanjutkan dengan siklus berikutnya.
Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

Diskripsi siklus I.
a.              Tahap perencanaan tindakan.
         Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan yang dilakukan adalah:
1)             Peneliti menyusun silabus yang berkaitan dengan materi .bermain peran pada drama
2)             Peneliti merancang skenario pembelajaran yang dapat mengaktifkan secara kelompok besar.
3)             Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan untuk mengetahui pemahaman  kemampuan siswa yang berkaitan dengan bermain peran pada drama.

b.             Tahap pelaksanaan tindakan.
1)             Pada siswa diberikan penjelasan umum tentang tujuan penelitian tindakan kelas sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan, baik mengenahi pengumpulan data maupun kegiatan - kegiatan yang lain.
          Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi : (a) Memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan yang diajarkan dengan mengunakan strategi pembelajaran aktif dengan tehnik menstimulir rasa ingin tahu siswa (b) Mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam  mengikuti pembelajaran. (c) Mengamati dan mencatat siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (d) Mengumpulkan hasil pengujian yang diperoleh siswa dalam mengerjakan tugas  (e) Menganalisa hasil tes yang diberikan setelah siswa diajar dengan tehnik menstimulir secara kelompok besar.Peneliti mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran klasikal yang telah dirancang dan mencatat kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh masing – masing siswa.
2)             Peneliti memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa berkaitan dengan penguasaan bermaian peran.

c.           Tahap observasi tindakan.
Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa  yang kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.

d.             Tahap refleksi.
Peneliti menganalisa hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi yang dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya. Peneliti membuat pengelompokkan siswa didasarkan pada hasil yang didapatkan siswa pada evaluasi yang dilakukan.

Diskripsi siklus II
e.          Tahap perencanaan tindakan.
1)             Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat kelompok siswa dengan penyebaran siswa yang menguasai materi awal yaitu materi yang telah disampaikan pada siklus I .
2)             Membuat pengurus pada masing – masing kelompok mencakup fasilitator, pencatat, juru bicara dan pengatur waktu.
3)             Membuat bahan ajar yang akan disampaikan pada masing – masing kelompok untuk didiskusikan

f.           Tahap pelaksanaan tindakan.
1)             Peneliti memberikan penjelasan tentang pokok bahasan unsur – unsur dongeng yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan berkaitan dengan pengajaran dalam tehnik menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.
2)             Siswa yang telah menguasai pada materi awal di siklus I dimohonkan memimpin pembahasan bahan ajar yang diberikan peneliti. Bahan ajar yang diberikan berisi tugas memecahkan masalah tindak lanjut dari siklus I.
3)             Memberi kesempatan pada masing – masing kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
4)             Pembahasan materi ajar yang siswa dalam satu kelas mengalami kesulitan ataupun salah dalam apersepsinya
5)             Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai membaca dan ketingkatan pemahannya.
 
g.          Tahap observasi tindakan.
1)             Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta mencatat kesalahan – kesalahan yang dilakukan anak didik dalam mengerjakan masalah yang berkaitan dengan bahan ajar yang diberikan.
2)             Peneliti mencatat kesalahan – kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan.

h.          Tahap refleksi.
Peneliti membuat inventarisasi kesulitan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan serta mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan mampu mendapatkan nilai diatas Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM).


                                   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar